Setelah pada tanggal 20 Ramadhan 40 H Ali ditikam oleh Ibnu Muljam,
salah satu pengikut Khawarij, kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian
dijabat oleh anaknya (Hasan bin Ali) selama beberapa bulan. Namun,
karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh Muawiyah semakin
kuat, maka Hasan membuat perjannjian damai. Perjanjian itu dapat
mempersatukan umat Islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, di
bawah Muawiyah bin Abi Sufiyan. Di sisi lain perjanjian itu menyebabkan
Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H, tahun
persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am al
jama’ah). Dengan demikian telah berakhirlah masa Khulafa’ur Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik Islam.
Muawiyyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra dari Abu
Sufyan ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya adalah Hidun
binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syan ibn Abd Manaf. Sebagai keturunan Abd
Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad. Ia
masuk Islam pada hari penaklukkan kota Mekkah (Fathul Mekkah) bersama
penduduk Mekkah lainnya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 tahun.
Mu’awiyah (memerintah661-680) adalah orang yang bertanggung jawab atas
perubahan sistem. sukses kepemimpinannya dari yang bersifat demokratis
dengan cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Bani Umayyah
berhasil mengokohkan kekhilafahan di Damascus selama 90 tahun (661-750).
Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damascus menandai era
baru.
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan
masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. hal ini didukung oleh
pengalaman politik Mu`awiyah sebagai Bapak pendiri daulah tersebut yang
telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring
tentang pemerintahannya. M.Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang
politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada
masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil
alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib.
Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami kamajuan dan
perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya,
terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah
(Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan,
Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.
2.2. PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi,. Kajian
ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah,
Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan
Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara
ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi
atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni
rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada
tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama
ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal
Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an
mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri
dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya
belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama
yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi
seorang. Baik di Kuttab atau di Masjidpada tingkat menengah. Pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang
dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
- Belajar membaca dan menulis
- Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
- Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
- Al-Qur’an dan tafsirannya.
- Hadis dan mengumpulkannya.
- Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan
penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan,
para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1.
Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan
Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah
hadis mengalami perkembangan pesat.
2.
Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang
perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi
berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4.
Budang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan
ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Ada dinemika tersendiri yang menjadi karakteristik pendidikan Islam
pada waktu itu, yakni dibukanya wacana kalam (baca: disiplin teologi)
yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dipahami dari
konstitusi sejarah Bani Umayyah yang bersamaan dengan kelahirannya hadir
pula tentang orang yang berbuat dosa besar, wacana kalam tidak dapat
dihindari dari perbincangan kesehariannya, meskipun wacana ini
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor politis. Perbincangan ini kemudian
telah melahirkan sejumlah kelompok yang memiliki paradigmas berpikir
secara mandiri.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat
dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada
masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah
bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa,
sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan
dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
2.3. MADRASAH/UNIVERSITAS PADA MASA BANI UMAYYAH
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan
menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama
dan guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat
pendidikan telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut:Di kota
Mekkah dan Madinah (HIjaz). Di kota Basrah dan Kufah (Irak). Di kota
Damsyik dan Palestina (Syam). Di kota Fistat (Mesir).
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1)
Madrasah Mekkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk
Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an
dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul
Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar
disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra.
Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur
seluruh negeri Islam.
2)
Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam
ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti
disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
3)
Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa
Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan
ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik termasyhur
dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan
kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu
agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan
mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
4)
Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang
ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin
Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah
bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada
Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja
belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke Madinah.
5)
Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian
negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri
Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam
penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya
dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke
Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena
besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
6)
Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi
pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir
ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia
ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja
menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga
dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf
meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu
banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.
Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di
negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain
untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar
Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam
melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu
pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam.
2.4. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA BANI UMAYYAH
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama
yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir,
hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
Ø
Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah,
‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah.
Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan
Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani
memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar,
Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij
Ø
Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an.
Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya diriwayatkan
dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari
hafalan uru diberikannya kepada murid, sehingga menjdi hafalan murid
pula dan begitulah seterusnya. Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada
yang mencatat hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah
berupa buku menurut istillah kita sekarang.
Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu
Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210
hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500
hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)
Ø
Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani Umayyah
diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin Qais, Masuruq
Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid
Kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l
(wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104
H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn
120 H), guru dari Abu Hanafiah.
Ø
Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya
tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan
dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali
sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul
penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah (w.719), Jamil al-uzri
(w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang dikenal dengan nama Laila Majnun,
Al-Farazdaq (w.732), Jarir (w.792), dan Al akhtal (w.710). sebegitu
jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada
bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan
fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang
pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang
yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri,
Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini
adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w.
794/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia
adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi,
kedokteran, dan kimia.
0 komentar:
Posting Komentar